“Estrogen berperan dalam mediasi neurotransmitter di korteks prefrontal, yang berperan dalam fungsi eksekutif, dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel," ujarnya.

 

Ia menambahkan estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis adenosin trifosfat (ATP) yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel. "Penurunan kadar estrogen mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga demensia,” jelas dokter Natalia.

 

Selain mengganggu kemampuan kognitif, perubahan hormon juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause. "Perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif," ujarnya.

 

Ia menambahkan penurunan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine.

 

Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue). "Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi," ungkapnya.

FREEPIK

Gejala kecemasan ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.

 

Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada diri sendiri. “Berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood,” jelas dokter Natalia.

 

Hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih kuat dalam melewati fase ini. Dukungan keluarga terdekat alias support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause.  “Ketika terdapat disfungsi seksual akibat menopause, pasangan perlu saling mengkomunikasikan ekspektasi satu sama lain terkait hubungan seksual."

 

Pasangan juga dapat melakukan terapi bersama untuk membantu pasangan agar dapat saling memahami dan membentuk strategi dalam menghadapi perubahan biologis, hormonal, dan psikologis yang sedang terjadi. Beberapa hal yang perlu dibicarakan adalah bagaimana fase menopause ini berdampak pada hubungan, keintiman, seksualitas, dan bagaimana harapan dan ekspektasi terhadap satu sama lain dalam melewati fase ini.

Perempuan Menopause lebih rentan mengalami gangguan mood.

Semua perempuan harus siap menjalaninya sebagai proses alami yang patut disyukuri.

Menjelang masa menopause, tak sedikit perempuan yang merasa cemas. Apalagi jika usianya sudah memasuki kepala empat alias  40 tahun. Padahal, menurut Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia (Perminesia), Dr dr Tita Husnitawati, SpOG (K)-Fer, menopause adalah suatu proses penuaan yang harus disyukuri, bukan ditakuti. "Penuaan pasti terjadi karena proses alami, namun perempuan harus siap menghadapi. Harus diantisipasi sejak muda," ujarnya dalam acara Virtual Press Conference dengan Tema Life After 40 Happy and Healthy.

 

Menurutnya, menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami semua perempuan. Kondisi menopause merupakan kondisi berhentinya siklus menstruasi secara alami. Perubahan hormon pada tubuh perempuan menopause menyebabkan gejala-gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup. “Semua perempuan harus mengenal gejalanya, kapan terjadi untuk siap menghadapi sebagai proses alami yang patut disyukuri,'' ujarnya.

 

Ia melanjutkan, kondisi menopause menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan profil lemak abnormal dan gula darah meningkat. "Hal ini terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia," ungkapnya.

 

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Dr dr Natalia Widiasih, SpKJ (K), MPd.Ked, menjelaskan perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang mengganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup. Perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari

Menjalani masa menopause sebenarnya sederhana, murah, tidak sulit dan praktis. Sementara manfaatnya bisa dirasakan jauh dikehidupan hingga tua. Berikut tip memasuki masa menopause dengan nyaman dari Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia (Perminesia), Dr dr Tita Husnitawati, SpOG (K)-Fer.

mikhai nilov/pexels

1. Hidup sehat sejak muda.

Terapkan gaya hidup sehat sejak muda, sejak remaja atau sebelum 40 tahun.

2. Beraktivitas dan menjalankan pergaulan positif

3. Hindari stres.

4. Mendekatkan diri pada Tuhan.

8. Hindari penggunaan obat terlarang.

5. Jangan lupa berolahraga teratur.

Olahraga berbeda dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. “Jenis olahraga yang tepat adalah olahraga yang membuat lancar atau tidak menghambat pertukaran udara (aerobik) adalah jenis olahraga yang dianjurkan, sebaiknya dilakukan setiap hari selama 30 menit, minimal empat kali seminggu, dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia,” tutur dokter Tita.

6. Konsumi nutrisi sehat.

Makan makanan dengan gizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin mineral dan air. Ini harus dikonsumsi dalam jumlah yang baik dan seimbang.

7. Hindari merokok dan alkohol.

Kebiasaan buruk seperti merokok itu mengeluarkan radikal bebas yang merusak sel otak. Sedangkan, mengonsumsi alkohol akan merusak sel saraf.

9. Jangan lupa hindari lingkungan yang tidak sehat.

Misalnya lingkungan berpolutan, sehingga ketika menua kita terhindar dari berbagai penyakit, dan gangguan fungsi tubuh.

10. Pengobatan hormon.

Selain gaya hidup, pengobatan untuk gejala menopause dapat dilakukan dengan pengobatan hormon. “Pengobatan hormon untuk keluhan menopause bukan pengobatan utama untuk menopause, lagi pula bila ibu memiliki sindroma metabolik, obat tersebut tidak bisa digunakan," ujar Tita. Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topikal melalui kulit, selaput lendir atau vagina.

alex green/pexels

top

Jalani dengan Nyaman dan Sederhana

Bersiap Menghadapi Menopause